Powered By Blogger

Senin, 22 Februari 2016

Dibalik hujan

Hari ini hujan terlalu mencintaiku.

Dia ingin bermain denganku, hingga mampu menciptakan takdir dimana aku tidak bisa menolakknya.

Dia bersandiwara.
Katanya dia takkan datang.
Dia bersembunyi dari mataku.

Saat aku mulai berlari menjauh darinya, ternyata dia berlari mendekat padaku.

Aku berusaha tak acuh padanya.
Tapi dia terus merayuku dengan tetesan dinginnya.

Kata hatiku berbisik aku gila.
Katanya jangan hiraukan dia.

Aku tak peduli.

Aku malah asyik bermain dengannya.
Walau hati memakiku.

Basah?
Dingin?
Tidak.
Aku senang bisa bermain dengannya.
Karena aku juga mencintainya.

Minggu, 21 Februari 2016

Aku.

AKU?
Hm... Tak sebegitu menarik.

Memiliki 2 mata sayu, 1 hidung pesek, 1 bibir sedang dan sedikit tebal dan 2 telinga yang ditutupi kerudung ala anak muda dengan kulit sawo matang.

Panca indraku jalan.
Terutama mata.

Penglihatan yang tajam.
Penciuman yang cukup peka.
Perasa yang handal.
Pendengar yang baik.
Peraba yang sedikit halus.

Mempunyai dunia dongeng adalah impianku.
Setidaknya mirip.

Bagaimana aku?
Kenali aku.

Disini

Hujan bersama wanita sendu dengan berbagai cerita.

Sabtu, 31 Agustus 2013

PAGARI BUDAYA BANGSA DENGAN SEMANGAT PERSATUAN

PAGARI BUDAYA BANGSA DENGAN SEMANGAT PERSATUAN

          Selama ini masyarakat Indonesia hanya sibuk dengan kepentingan pribadi masing-masing. Padahal Negara kita menganut system demokrasi yang seharusnya lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Apalagi anak-anak generasi muda penerus bangsa zaman modern ini lebih menyukai budaya asing dan tokoh-tokoh asing, dibandingkan dengan budaya Indonesia dan tokoh nasional serta para pahlawan bangsa kita. Contohnya orang Manado, generasi mudanya cenderung mengenal dance dibandingkan Maengket ( tarian khas Minahasa), selain itu anak-anak lebih mengidolakan artis-artis dari Negara lain misalnya artis korea, sedangkan tokoh-tokoh pahlawan Nasional seperti Wolter Mongonsidi, Maria Walanda Maramis dan Dr. Samratulangi (yang berasal dari Sulawesi Utara) hampir tidak dikenal. Sebagai generasi muda kita harus lebih membangun karakter bangsa dengan menyerahkan jiwa dan raga hanya demi Kepentingan Republik Indonesia. Namun, jika kita tinjau lebih jauh kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara di Indonesia terasa sudah mulai redup. Rasa nasionalisme pun sudah mulai memudar karena masyarakat lebih memilih kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan umum. Tapi, Kita tidak bisa menyalahkan perilaku masyarakat seperti itu karena mereka tidak memahami atau mengerti apa arti Bela Negara dan sikap nasionalisme yang sesungguhnya. Buat mereka Bela Negara adalah urusan TNI Angatan Darat, TNI Angkatan Udara, dan TNI Angkatan Laut. Bukan hanya itu saja, dalam kehidupan masyarakat kini rasa persatuan dan kesatuan juga sudah hampir lenyap. Khususnya dalam kehidupan generasi muda penerus bangsa, contohnya tawuran antar pelajar yang sering terjadi belakangan ini yang memakan banyak korban jiwa. Hal ini bukanlah sesuatu yang asing lagi, tawuran pelajar ini sudah menjadi santapan sehari-hari bagi mereka.
          Faktor utama penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu kurangnya kebersamaan yang dikarenakan pembentukan kepribadian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangatlah kurang, sehingga generasi muda bangsa ini sangatlah kurang akan etika dan sopan santun. Hal ini merupakan salah satu penyebab kurangnya rasa kesatuan kita sebagai warga Negara RI dan sudah melenceng dari budaya asli Indonesia. Globalisasi dan Era Reformasi. Menyadari tantangan sebagai bangsa yang majemuk dan pentingnya persatuan bangsa, maka prisip-prinsip kelembagaan yang di dasarkan pada musyawarah untuk mufakat merupakan tuntunan bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan kelembagaan negara yang menentukan masa depan bangsa yang berkeadilan. Bagi generasi penerus bangsa bukan suatu hal yang mudah mempertahankan komitmen para pemuda pendahulu dan pendiri bangsa dalam memperjuangkan nilai-nilai luhur pancasila.
            Dinamika perkembangan lingkungan yang strategis, baik global, regional, maupun nasional setiap zaman dan era kepemimpinan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya pola pikir, pola sikap, dan pola tindak generasi penerus bangsa dalam menyikapi berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa. Selanjutnya yang dimaksud dengan Bela Negara adalah kewajiban dasar manusia. Juga kehormatan bagi setiap warga negara yang sadar dan bertanggung jawab, serta rela berkorban demi Bangsa dan Negara. Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro pernah mengatakan “karakter bangsa adalah watak atau sifat hakiki suatu bangsa. Sedangkan jati diri bangsa merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu bangsa yang membedakan dengan bangsa lain”. Negeri kita memiliki begitu banyak budaya, dan di setiap daerah memilki berbagai budaya serta adat istiadat yang berbeda. Kalau dilihat dari jumlah provinsi yang ada, Indonesia memiliki 33 provinsi, belum lagi setiap provinsi terdiri atas berbagai daerah yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda pula. Dari situ dapat dilihat betapa banyak Indonesia memiliki budaya. Tetapi, Apakah warga Negara Indonesia dapat melindungi dan melestarikan budayanya? Dilhat dari segi manapun jawabanya adalah TIDAK. Kenapa ? Di zaman modern ini dimana globalisasi tidak dapat di hindari lagi, yang mengakibatkan bukanlah budaya Indonesia yang terlestarikan melainkan budaya asing lah yang sudah berkembang bahkan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.
          Globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasih, telah mengubah pola hubungan antar bangsa dalam berbagai aspek. Contoh yang paling sederhana, Bahasa Indonesia yang merupakan Jantung kebudayaan Negara, bukannya semakin berkembang melainkan semakin berkurang minat anak muda. Sebaliknya budaya asing yang semakin hari semakin banyak peminatnya terutama bahasa inggris yang sudah merajalela khususnya di kalangan generasi muda yang sebenarnya bahasa Indonesialah yang harus dikembangkan. Fakta lain budaya Indonesia yang begitu banyak, sudah banyak yang di klaim oleh Negara asing. Misalnya Negara tetangga kita sendiri yang sudah banyak mengklaim hasil kebudayaan kita sendiri. Contohnya sebagai berikut: 1. Sambal bajak dari Jawa Tengah oleh oknum WN.Belanda 2. Kursi taman dengan ornamen ukir khas Jepara dari Jawa Tengah oleh oknum WN. Prancis 3. Alat musik Angklung dari Jawa Barat oleh pemerintah Malaysia 4. Batik dari Jawa oleh Adidas 5. Pigura dengan ornamen ukir khas Jepara dari Jawa Tengah oleh oknum WN Inggris 6. Desain kerajinan perak desak Suarti dari Bali oleh oknum WN Amerika, Selain contoh diatas masih banyak lagi Negara yang mengklaim budaya Bangsa kita. Hal ini sangat memprihatinkan, tapi sesungguhnya Negara asing tidak sepenuhnya mencuri kebudayaan Indonesia melainkan warga Negara Indonesia itu sendiri yang tidak bisa melindungi budaya Bangsa kita. Misalnya, tari Tor-tor dan Gondang Sembilan asal Mandailing, Sumatera Utara yang di klaim sebagai warisan kebangsaan Malaysia. Kenapa bisa terjadi? Kembali ke pokok pembahasan yaitu kurangnya rasa kesatuan dan persatuan yang menyebabkan Indonesia tidak dapat melindungi budaya Bangsa sendiri. Bahkan Malaysia tidak mau mengakui kesalahannya. Karena suku Mandailing yang berasal dari Indonesia yang pindah ke Malaysia lebih memihak pemerintah Malaysia untuk mengklaim budaya mereka daripada Negara Indonesia yang merupakan tanah air mereka sendiri. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rasa cinta tanah air sangatlah kurang. Oleh karena itu, rasa kesatuan dan kebersamaan serta rasa cinta tanah air haruslah dikembangkan melalui berbagai cara dalam pembentukan karakter (kepribadian) agar hal itu benar-benar tertanam dalam jiwa generasi muda penerus bangsa. Sebelum kita mencari cara untuk membangun karakter bagsa kita harus mendapat pendidikan karakter dan tahu arti dari membentuk karakter bangsa yang merupakan dasar untuk meningkatkan upaya bela Negara.
            Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan agama. Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya. Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, ada pemikiran bahwa pemahaman empat pilar wawasan kebangsaan akan membangkitkan semangat dan kesadaran bela negara seluruh warga negaranya dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman. Empat pilar wawasan kebangsaan dan kesadaran negara merupakan unsur soft power dalam bentuk spektrum bela negara. Lebih jauh lagi dalam konteks sistem pertahanan negara, pemahaman empat pilar wawasan kebangsaan merupakan kekuatan moral pertahanan nonmiliter setiap warga negara dengan berbagai profesinya untuk berpartisipasi aktif dalam mempertahankan negara. Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara Indonesia haruslah meningkatkan pendidikan serta pembentukan kepribadian yang didasarkan pada Empat Pilar untuk mencetak generasi muda penerus bangsa yang memilki kualitas tinggi dan di dalam diri mereka tertanam jiwa yang berpengertian tinggi akan rasa persatuan dan kesatuan serta cinta Tanah Air yang mendalam, yang dapat membawa bangsa kita Republik Indonesia ke jenjang yang lebih tinggi juga dapat mewujudkan kehidupan rakyat yang adil dan makmur sesuai cita-cita NKRI yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945.


DAFTAR PUSTAKA
http://hiduplahnegriku.blogspot.com
http://www.slideshare.net
http://www.anneahira.com